ADS

Menggarap Wisata Halal

Berpenduduk Muslim Terbesar di Dunia, Mampukah Indonesia Menggarap Wisata Halal...? 
Oleh : Abdullah Amrin, SE.,M.M.


هُوَ ٱلَّذِي جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ ذَلُولٗا فَٱمۡشُواْ فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُواْ مِن رِّزۡقِهِۦۖ وَإِلَيۡهِ ٱلنُّشُورُ ١٥

" Dialah yang mengakibatkan bumi itu gampang bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kau (kembali setelah) dibangkitkan."Al Mulk ayat 15.



Saat ini ekonomi syariah mempunyai peranan penting dalam ekonomi global yang ditandai dengan adanya peningkatan secara signifikan terhadap tujuh sektor ekonomi syariah Islam, yaitu : masakan , keuangan Islam, industri asuransi, fashion, kosmetik dan farmasi, hiburan, dan pariwisata.

Ketujuh sektor tersebut mengusung konsep halal dalam setiap produk atau jasanya. Pertumbuhan pasar muslim global ditopang dengan pertumbuhan demografi pasar muslim muda berjumlah besar, pertumbuhan ekonomi negara lebih banyak didominasi muslim, tumbuh kesadaran nilai dan gaya hidup Islam untuk bermuamalah/bertransaksi secara Islam. Terjadi pertumbuhan transaksi perdagangan antara negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI), banyak perusahaan multinasional yang berpartisipasi, adanya pertolongan teknologi serta kemudahan keterhubungan/konektivitas antar negara.
Evolusi industri halal ketika ini tidak hanya pada bidang produk makanan, minuman, obat-obatan dan kosmetika yang tidak mengandung unsur alkohol atau mengandung unsur babi, darah dan bangkai.Namun ketika ini evolusi halal juga mencakup jasa keuangan, ibarat : perbankan, finance, pegadaian dan asuransi sampai ke produk lifestyle, ibarat travel, hospitalitas, rekreasi, fashion dan perawatan kesehatan.
Pertumbuhan yang cukup signifikan juga terjadi pada produk lifestyle sektor pariwisata halal, dari yang bersifat konvensional mengarah pada pemenuhan gaya hidup atau lifestyle. Trend wisata syariah ketika ini menjadi kekuatan pariwisata dunia yang berkembang pesat.
Istilah wisata syariah mempunyai padanan arti yang sama dengan Islamic Tourism, Halal Friendly Tourism Destination, Halal Travel, Muslim-Friendly Travel Destinations, halal lifestyle, dan lain-lain.
Pariwisata Halal merupakan penemuan dalam berbagi pariwisata Indonesia yang menjunjung tinggi budaya dan nilai-nilai Islami. Selama ini masyarakat mengetahui wisata syariah dalam bentuk ziarah atau wisata ke kuburan ataupun ke masjid. Konsep wisata syariah diawali dengan adanya jenis wisata ziarah dan religi (pilgrims tourism/spiritual tourism). Tahun 1967 di Cordoba telah dilaksanakan konferensi oleh World Tourism Organization (UNWTO) dengan judul "Tourism and Religions: A Contribution to the Dialogue of Cultures, Religions and Civilizations" (UNWTO, 2011). Dimana Wisata jiarah mencakup acara wisata yang didasarkan atas motivasi nilai religi tertentu ibarat Hindu, Budha, Kristen, Islam, dan religi lainnya.
Seiring waktu, terjadi perkembangan dimana wisata ziarah/religi berkembang ke dalam bentuk yang bersifat universal ibarat kearifan lokal, yang memberi manfaat bagi masyarakat, serta adanya unsur pembelajaran. Maka sudah sewajarnya wisata halal menjadi segmen gres yang berkembang di arena pariwisata dunia.
Menurut Pew Research Center yaitu kelompok jajak pendapat di Amerika Serikat, bahwa jumlah penduduk muslim pada tahun 2050 mencapai 2,8 miliar atau 30 persen penduduk dunia. Potensi pertumbuhan pasar muslim dunia menjadi peluang yang besar bagi pelaku perjuangan bisnis pariwisata. Berdasarkan data Thomson Reuters yang diambil dari 55 negara dalam Global Islamic Economy Report 2014-2015, total pengeluaran muslim dunia akan mencapai US$2,537 miliar atau 21,2 persen dari pengeluaran kebutuhan kuliner dan minuman global pada 2019. Di sektor perjalanan, diperkirakan jumlah tersebut akan meningkat menjadi US$238 miliar atau 11,6 persen pengeluaran global sektor perjalanan di tahun 2019 (di luar perjalanan haji dan umrah). Di sektor media dan rekreasi, pengeluaran muslim dunia diperkirakan mencapai US$301 miliar pada tahun 2019 atau sekitar 5,2 persen dari pengeluaran global (Reuters & Dinar Standard, 2014). Studi yang sama juga dilakukan oleh Master Card dan Crescent Rating (2015) dalam Global Muslim Travel Index (GMTI) 2015, bahwa pada tahun 2020 diperkirakan angka wisatawan muslim akan meningkat menjadi 150 juta wisatawan dan mewakili 11 persen segmen industri yang diramalkan dengan jumlah pengeluaran menjadi sebesar US$200 miliar. Tabel dibawah ini yaitu 10 besar negara tujuan wisatawan muslim:Berdasarkan Global Muslim Travel Index (GMTI) 2015 dalam kelompok destinasi Organisation of Islamic Cooperation (OIC), skor indeks Indonesia gres mencapai 67,5 menempati peringkat ke-enam sesudah Qatar dengan skor indeks 68,2, Arab Saudi skor indeks 71,3, Uni Emirat Arab/UEA skor indeks 72,1, Turki skor indeks 73,8, dan negara tetangga kita Malaysia skor indeks 83,8.Singapura berhasil menjadi negara tujuan utama yang diikuti negara Thailand, Inggris, Afrika Selatan, dan Perancis untuk destinasi non-Organisation of Islamic Cooperation. Negara negara di Asia ibarat Malaysia, Thailand, Singapura, Korea, Jepang, Taiwan, dan China sudah berbagi pariwisata syariah. Thailand memiliki The Halal Science Center Chulalongkorn University, sentra riset yang bekerja sama dengan Pemerintah Thailand dan keagamaan, Australia pada bulan Agustus 2012 melalui Lembaga Queensland Tourism mengeluarkan agenda pariwisata syariah. Korea Selatan melalui Perwakilan Organisasi Pariwisata Korea Selatan di Jakarta (KTO Jakarta) mengakui siap menjadi destinasi wisata syariah dengan menyediakan paket wisata bagi Muslim dan akomodasi yang mendukung. Negara Jerman semenjak bulan Juni 2011 telah menyediakan daerah shalat yang higienis dan nyaman di Terminal 1 Bandara Munich, Jerman. 
Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, berupaya terus berbagi wisata syariah yang mencakup empat jenis komponen perjuangan pariwisata, yaitu perhotelan, restoran, distributor atau jasa perjalanan wisata, dan spa.
Kegiatan pengembangan wisata syariah bukanlah suatu wisata yang langsung alasannya yaitu wisatawan non-Muslim juga sanggup menikmati pelayanan yang beretika syariah. Wisata syariah harus dilengkapi akomodasi pendukung, ibarat restoran dan hotel yang menyediakan kuliner halal, serta daerah shalat dan penginapan. Produk , jasa wisata dan tujuan wisata pariwisata syariah tidak ada bedanya dengan wisata umumnya selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan moral syariah. 
Contohnya tersedia daerah ibadah yang nyaman dan restoran halal sebagaimana yang dilakukan di Thailand dan beberapa negara lain yang telah menerapkan konsep wisata syariah terlebih dahulu.
Indonesia mempunyai potensi wisata syariah yang sangat besar dan sanggup dijadikan alternatif selain wisata konvensional, namun sayang kita belum mempunyai konsep yang sempurna di dalam menciptakan branding dan mengemas paket wisata syariah. (*)




ASURANSI SYARIAH AMARAS





Subscribe to receive free email updates:

ADS